Sabtu, 04 April 2009

Media Relations Feature News

Faktor Ekonomi Menghambat Program KB

Oleh Yashinta

Rumput dan belukar tumbuh subur di dalam kompleks puskesmas di suatu desa. Di bangunan kayu yang sangat sederhana itu terlihat kurang terawat. Bangunan puskesmas sudah bobrok bahkan sudah tidak layak pakai lagi sebagai puskesmas bagi warga sekitar. Bangunan tersebut sudah rusak dimana-mana. Selama ini puskesmas di sana belum pernah diperbaiki sedikitpun. Tapi puskesmas itulah satu-satunya yang ada bagi warga desa di sana.

Suasana kompleks puskesmas terlihat sangat ramai. Tetapi di sana hanya ada beberapa tenaga bantu dan perawat menjelang sore hari. Selain mereka, hanya ada seorang dokter yang membantu bagi warga yang ingin berobat dan yang ingin mengikuti program KB. Hal ini disebabkan hanya sedikit sekali dokter yang mau mengabdi di puskesmas yang terpencil itu. Padahal warga yang ingin mengikuti program KB sangat banyak.

Fasilitas yang ada di puskesmas tersebut juga sangat terbatas. Bahkan terkadang dokter harus membawa perlengkapan sendiri. Sehingga jika ada warga yang sakit parah mereka tidak dapat berobat di sana. Padahal dokter yang ada di desa tersebut sangat terbatas jumlahnya dan mereka harus menempuh jarak yang jauh jika ingin berobat. Terbatasnya fasilitas, terkadang ada warga yang tidak tertolong jiwanya.

Banyak warga di sana yang ingin mengikuti program KB karena ingin mengurangi beban dengan hanya memiliki dua orang anak. Salah satunya adalah Rini Syarifah. Ia mengatakan, “Program KB gratis hanya pernah satu kali diadakan di desa tersebut. Sehingga warga yang kesulitan ekonomi tidak dapat mengikuti KB lagi. Padahal pemerintah terus mengumumkan bahwa seluruh masyarakat harus ikut program KB. Tapi bagi kami yang hanya rakyat miskin sangat sulit dijangkau.”

Wanita yang berumur 35 tahun tersebut sehari-harinya hanya bekerja dengan membuka warung yang menjual rokok dan makanan kecil. Hasil yang didapat dari berjualan tersebut sangat kecil dan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Bahkan terkadang keluarganya hanya dapat makan satu kali dalam sehari. Suaminya hanya bekerja sebagai petani. Hasil panen tidak dapat ditebak karena cuaca saat ini tidak dapat diperhitungkan.

Rini dan suaminya ingin mengikuti program KB tapi mereka tidak mampu untuk membayar biayanya. Mereka juga ingin ikut membantu pemerintah dalam mengurangi lonjakan penduduk. Mereka bercerita bahwa tetangganya memiliki lima orang anak dan itu tidak membantu sama sekali dalam pekerjaan orang tuanya. Bahkan mereka kesulitan untuk menafkahi lima anaknya dan anak mereka tidak dapat sekolah.

Banyak tetangga Rini yang meninggal akibat terlalu sering melahirkan dan karena umur mereka sudah tidak pantas lagi untuk melahirkan sehingga tubuh mereka lemas saat melahirkan. Kematian tersebut sering disebabkan oleh pendarahan. Rini sangat menyayangkan puskesmas yang ada di desanya tersebut sangat kurang fasilitas dan tenaga yang adapun sangat terbatas. Pemerintah dalam hal ini juga tidak penah mempedulikannya. Padahal kesehatan adalah hal yang paling utama dalam kehidupan.

Ibu dari tiga orang anak tersebut mengeluhkan pemerintah tidak pernah melihat ke bawah. “Masih banyak warga kecil yang membutuhkan kesehatan dan perhatian dari pemerintah. Mereka hanya bisa mengobral janji-janji dan sulit sekali untuk mewujudkannya. Seharusnya subsidi untuk kesehatan harus diperbesar agar warga yang kekurangan dapat terbantu. Uang dari rakyat jangan saja digunakan untuk kesenangan mereka”, katanya.

Orang kecil seperti ibu Rini kurang memahami untuk apa mengikuti program KB. Ini disebabkan karena kurang adanya pemahaman yang diberikan pemerintah untuk warga yang kesulitan ekonomi. Seharusnya perlu ada sosialisasi dan edukasi untuk memberdayakan masyarakat dengan informasi yang benar agar masyarakat dapat membuat pilihan kontrasepsi dengan penuh kesadaran.

Pernah ada edukasi tentang kontrasepsi yang diadakan di desa tersebut tapi hanya sedikit warga yang mau ikut. Penyebabnya adalah warga desa berpikir tidak ada gunanya mengikuti pembelajaran seperti itu. Dan seharusnya edukasi tersebut dilakukan secara rutin agar warga desa lebih memahami gunanya mengikuti KB.

Ibu Rini sangat berharap agar program KB lebih disosialisasikan bagi masyarakat kecil seperti di desanya tersebut. Bagi kami warga kecil hanya dapat berharap pemerintah lebih memperhatikan warga kecil seperti kami. Jangankan mengikutin program KB, hasil keringat mereka hanya dapat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan terkadang mereka harus berjuang lebih keras lagi agar dapat menyambung hidup keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar